Kamis, 10 November 2011

10 November


tadi malem liat twit kalo hari ini ada upacara. bingung dewe. upacara opoh? kemis kemis berooo. bahkan sampai akhirnya tahu kalo hari pahlawan-pun...... njuk ngopo? njuk nek upacara ki ben ngopo?

kuwi mau adalah saya, contoh anak muda jaman sekarang sodara-sodara. calon pembaru bangsa lho.

setelah saya pikir-pikir lagi...

oke mari kita beropini. *angin berhembus*

iki nek aku yo.
kalau misalnya bukan karena mereka, yang berjuang. berjuang dalam arti yang sebenarnya. kalau bukan karena mereka yang membuka pintu kebebasan ini. pintu yang membiarkan semuanya terekspresi begitu saja, tanpa ada rasa takut lagi. kalo bukan karena mereka... sungguh. apa lagi alasanku untuk bisa bangga... ah keduwuren. apa lagi alasanku untuk bisa.... SUKA (nah) dengan tempatku tinggal ini? rumah ini? bahkan hanya untuk sekedar suka saja. yang dulunya "jamrud". yang dulunya besar. yang dulunya ditakjub-takjubi. sekarang?

kalau bukan karena para pembuka gerbang itu. yang membebaskan ekspresi itu. sehingga budaya berkembang dengan uniknya dan bebasnya dibackground-i oleh setetes cairan surga dari langit yang menumbuhkan landscape luar biasa dari rumah ini. yang mengundang setiap mata untuk minimal sekali saya berdecak, kagum, bahkan dengan hati mengucapkan keagungan TuhanNya. apa lagi yang bisa dijadikan alasan untuk sekedar "suka" hidup di sini?

orang-orang yang duduk membesarkan perut diatas itu?
orang-orang yang mengabaikan amanah itu?
orang-orang yang saling tidak peduli ini?
kebohongan yang dianggap lumrah?
anak mudanya yang berobsesi barat?
apanya sih? apanya?

hidup disini itu sangat menyakitkan. Padahal Yang Maha Pencipta sudah mengatur setiap makhluknya sebegitu rupa. dengan porsinya masing-masing. hanya kita saja yang terlalu pekok sehingga saling menyeleweng porsi orang lain.
apa lagi orang-orang di sini. soal seleweng menyeleweng porsi, juwaranya - pake W.
Pemimpinnya saja selalu "berprihatin" gimana manusianya nggak prihatin?
kasian.
mudah emosi dan terpancing. itu ciri utama manusia disini. karena memang ketidakadilan yang dibuat manusia lain disekelilingnya itu bikin emosi dan butuh tempat untuk meluapkan. sehingga apapun bisa jadi alasan buat emosi.


cobo yo mbayangke.
mengangkat bambu yang bahkan tak ada apa-apanya dengan yang dipegang lawannya saat itu, tanpa takut, sembari mengucapkan merdeka! dengan dada yang bergemuruh melantunkan bismillah bismillah. gelap. suara dor dor dor bluuuum dimana-mana.

apa yang mereka inginkan? merdeka? merdeka untuk siapa? wong mereka sendiri aja nggak peduli sama nyawa mereka sendiri. tentu bukan merdeka untuk mereka kan. hanjuk? ya merdeka untuk kita! untuk kita. untuk bangsa. untuk masa depan. iya, untuk kita. kita yang dulu dijadikan alasan mereka untuk mengabaikan nyawanya. apa yang sudah kita lakukan?

tapi apa memang bener "kita" ini yang mereka harapkan? apa kita yang ini? yang begini? yang sekarang kayak gini?
nek pejuang-pejuang itu di sana, di alamnya sekarang, misuh-misuh, liat putu-putune buyut e cicit e, kita ini. koyo ngene, kuwi ra heran.
"ngerti o mbiyen aku rasah mati nek mung nggo kowe kabeh" "ngerti o mbiyen rasah tak merdekake nek akhir e mung ko ngene cah" "ngerti o mbiyen ben wae kowe iseh dijajah londo. ben kowe ngrasake"

sodara-sodara,
kita ini sudah mudah. tapi masih saja mempersulit diri.

jadi alasan saya untuk menyukai hidup di negri surga ini, karena perjuangan simbah-simbah saya dan anugrah dari Ingkang Maha Kuaos tentang kekayaan alam dan budayanya yang tak terkira-kira.
selain itu? saya tidak punya.

lihat kita! lihat saya. saya sendiripun pada akhirnya hanya nylekop. ckckckck



tapi semoga masih ada harapan.
semoga masih ada orang-orang yang nantinya akan peduli dengan kelangsungan rumah ini.
semoga ada generasi pembaru. bukan, bukan generasi penerus. karena sepertinya yang sekarang ini nggak ada yang layak untuk diteruskan. dilanjutkan? lalalala.
mereka. entah siapa. mungkin kita. mungkin.
yang akan melepo kembali rumah ini. membenahi gentengnya. mengecatnya kembali. membersihkan halamannya yang sudah sangat kotor. membawa rumah ini menjadi indah dan layak untuk dihuni kembali. sehingga tidak akan ada tulisan seperti ini lagi. tulisan dari anak bangsa, yang menghina-hina dan tidak bisa walau hanya sekedar suka hidup di pangkuan "ibu"-nya. mereka, yang menjadi alasan hilangnya setiap nyawa dan semua yang diperjuangkan dulu. semoga.

selamat hari pahlawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

monggo, saksenengmu pokomen ☺