Senin, 19 Maret 2012

tidak tahu namanya


halo tempat sampah :D
alhamdulillah yah saya kembali dengan gumpalan gumpalan sampah yang menumpuk.
oke. jadi sangat banyak sekali banget sampah yang ingin saya buang disini karena memenuhi otak saya.

pertama.
setelah saya melihat blog saya dari depan, ternyata bentuknya sungguh memprihatinkan.
apalagi waktu membaca postingan saya akhir-akhir ini. Ya Allah. kuwi sumpah ra cetho dan random banget. *muntah-muntah* njijiki tenan.

makanya, saya minta maaf kepada para pembaca kalo post-post saya kebanyakan tidak cetho dan tidak penting untung dishare kan. (koyo ono sek moco wae -__-)
MAAF YA :D

kedua.
saya ingin bercerita sesuatuh.
ini semacam pengalaman dan pendapat aja sih.
jadi gini, untuk memilih sesuatu untuk kita sendiri itu bener-bener harus dari kita sendiri. Maksudnya bukan karena orang lain atau karena sesuatu yang sifatnya sementara dan mung karena apik neng moto wae tanpa kita ngerti efek e. aduh bingung yo. ya gitulah.

ada satu rasa yang saya nggak tau apa namanya.
rasa ini saya dapet waktu itu. waktu saya bener-bener berasa "ngomong" sama diri saya sendiri. (udu edan plis) saya tari dia maunya apa. saya tari dia mampunya seberapa. saya tanya dia "opo sek koyo ngene ki wes bener?" dan pertanyaan2 percakapan2 lain. dan kemudian dengan sedikit menganjal saya langsung banting stir.
dulu, karena suatu sugesti saya jadi terpacu untuk mendapatkan sesuatu yang disugestikan itu.  lebih tepatnya "memasuki" sesuatu itu. lambat laun, itu jadi mimpi saya. itu jadi pengharapan saya.
saya tulis besar-besar dan saya tempel di meja belajar saya. saya katakan bahwa saya bisa dan saya mampu jadi kayak gitu. (weseh piye wi) karena emang, jadi  kayak gitu itu banyak positipnya. tapi kebanyakan bersifat duniawi dan pamer.
setelah melewati masa "saya bisa dan saya mampu" tadi. saya malah jadi kemrungsung. saya malah jadi grusah grusuh. malah banyak stresnya. banyak ngeluhnya.
tapi piye, saya rasa bahwa saya memang harus jadi itu. saya ngotot dan saya meng"kudu"kan. saya nggak tanya sama hati saya "do you think so?" tapi saya tetep memaksa dia untuk satu pikiran dan tujuan dengan saya. mboh piye carane!
mungkin hati saya sakit karena itu. dan otak saya jadi ikut-ikutan ngambek. mulai saat itu saya percaya bahwa tenanan, hati itu mempunyai sinkronisasi penuh dengan otak. mereka.... sekongkol.

sampai pada puncaknya, saya nggak tahan dengan segala kemrungsungan dan penekanan oleh diri saya sendiri ini. saya merasa ditekan, dan pelakunya ya saya sendiri itu. kemudian sampailah saya kepada rasa pesimis dan frustasi. hingga pada akhirnya, saya sadar bahwa saya nggak bisa kayak gini. dan lalalalala, kemudian saya mengubah halauan saya. pengharapan saya itu tadi.saya ubah total. saya sadar bahwa saya juga harus sadar diri. bahwa yang ikut andil dalam diri saya bukan cuma melulu keegoisan saya untuk bisa ndapetin ini itu. ini bukan pesimis, saya nggak mungkin bisa maka saya pindah. tapi ini namanya sadar diri. bedakan.

tapi emang awalnya sangat susah untuk pindah halauan. karena mindset saya dari awal adalah begini dan begitu. adalah besok jadi ini dan begitu. dan lain-lain. sedang memindah halauan itu nggak mudah. karena kita mengubah mimpi dan pengharapan. kalau kata anak cinta, namanya move on. tsaaaah.

tapi saya nggak bisa juga munafik. bahwa ternyata setelah membanting stir itu ada satu rasa kelegaan di dalam diri saya. entah itu dimana, di hati, di ginjal, pankreas, usus, kolon atau dimanalah itu namanya. ada. rasa legaaaaaaaaaaaa sekaliiii
bahwa saya nggak perlu memforsir diri saya untuk jadi begini dan begitu.
saya hanya perlu berusaha keras sampai batas maksimal saya. dan saya punya Tuhan yang nggak mungkin diem aja lihat saya begitu. okeeeh.

sebenernya masih banyak yang ingin saya sampaikan. namun mata saya sudah merem merem. pisang goreng sudah habis. wassalam saja kalo begitu. mari kita akhiri. ada kurang lebihnya mohon dimaafkan. semoga ada manfaatnya saya nulis kayak gini. terimakasih, sampai jumpa di sampah berikutnya.

nb : lagi serius iki :p