Sabtu, 26 Februari 2011

ngimpi

22 feb 2011

hari ini aku bermimpi,

bertemu banyak orang,
banyak sekali.

mereka yang memang sedang ingin ku temui.

sangat ingin sekali ku temui.
aku tak ingat sudah sampai mana bicara ngalor ngidul dengan mereka.
tertawa sampai menangis, menangis sampai tertawa.

seolah kita memang dilahirkan hanya untuk begitu.

hingga tiba-tiba aku tersentak sendiri. yang terlihat malah atap kamarku.
01.32.

FUK!

semua itu terasa sangat nyata. aku masih bisa merasakan kehangatan tawa mereka, nada bicara mereka, suara mereka. masih sangat terasa. seolah atap kamarku-lah yang mimpi itu.
bukan mereka.

aku katupkan kelopak mataku. memaksanya mengembalikan mereka.

aku tak ingin bangun. AKU. TAK. INGIN. BANGUN.
masih banyak yang belum ku ceritakan kepada mereka.

tetang hidup yang kian hari kian kompleks. tentangku yang sudah melukai ribuan hati. tentang lidahku yang mencincang banyak rasa. banyak. masih banyak. sangat banyak.

dimana lagi aku bisa bertemu mereka?
mereka yang sudah tidak bisa diajak walau hanya untuk sekedar berbincang soal kabarnya hari ini. aku tidak menyalahkan mereka soal itu. itu sudah tangungan. sudah masing-masing. aku hanya.. merindukan mereka.

aku masih berusaha mengatup-atupkan mata. tapi lebih kelihatan seperti orang kelilipan.

menyerah, duduk di pinggiran kasur, tertunduk. mataku memanas.

Kamis, 03 Februari 2011

pantaskah?

teringat tweet teman saya beberapa hari yang lalu "sudah pantaskah saya?"

njur jadi mikir (emang e iso mikir?)

..........................................................................................................................................................................
............................. tut tut tut clek

pantas

sakjane kepantasan ki diukur dari mana to?
apakah yo bisa manusia koyo awakdewe yang hanya bisa melihat yang terlihat iki bisa mengukur pantas apa tidaknya sesuatu?
apakah iso awakdewe ki melihat hatine orang? pikirane orang? batine orang? sek kadang-kadang malah bertentangan banget karo sikap e? karo kelakuane?
lalu siapa yang pantas menilai kepantasan itu sakjane?


nek sekarang saya lagi merasa sangat tidak pantas e.
kabeh iki terlalu gedhe buat orang koyo saya sek istilah e ngelap umbel we iseh sulit.
lagi merasa kayak make sepatu tapi kegedean.
dan sekarang saya pengen berusaha mengedekan kaki saya, biar pas sama sepatu itu.
bukankah semua iki hanyalah proses?
tapi sulitkah? seberapa lama ya proses 'pengedean kaki' itu?