Kamis, 19 Maret 2015

First Step

Ngerasa sampah banget minggu ini -_-
Dimana yang lain udah ribut ribut BAB II dan seterusnya, yang sini baru ada tulisan nama dan nim aja di halaman word nya. Sekalinya buka laptop, malah nulis blog. zampaaah masyarakaaaat -_-

First step is always hard. Entah gimana, langkah pertama emang selalu yang paling sulit. Butuh niatan dan kemauan yang besar untuk langkah pertama ini. Karena langkah selanjutnya tinggal mengikuti. Karena langkah pertama adalah pilihan. Dan karena langkah pertama adalah permulaian. Katanya "you don't have to see the whole staircase, just take the first step on faith"

Huffffff
Tapi kalau hanya dikeluhkan dan diceritakan kemana mana, langkah pertama akhirnya hanya akan jadi wacana. Kenapa tidak coba diam dan setidaknya memulai niatan? Bismillah


Jumat, 06 Maret 2015

aman tapi sendirian

saya adalah orang yang selalu menghindari momen krusial, momen canggung. Jika ada orang dalam perselisihan, perdebatan atau ketidak satu pendapatan, kebanyakan saya akan diam. walaupun banyak dipikiran saya hal-hal yang ingin saya utarakan.
"ngerti kok, kamu hanya nggak ingin nyakitin orang lain lup" kata seseorang. begitu kah? tidak juga. lebih semacam ke pengecut sebenarnya. tapi seriously saya hanya tidak ingin terlibat didalamnya. saya. dalam hidup saya. selalu. menghindari. terlibat dalam momen momen krisis begitu. perdebatan. adu pendapat. kritikan. kalimat-kalimat sensitif.


hari ini terlintas begitu saja, kenapa ya gitu?
mungkin karena dalam momen seperti itu orang cenderung akan mempertahankan ego masing-masing, pendapat masing-masing, pembenaran pembenaran. saling benci membenci. tidak terima. hal-hal macam itu yang sangat saya takuti. karena setiap orang selalu mempunyai alasan kenapa mereka melakukan sesuatu hal. dan soal alasan? setiap jiwa pakem nya tidak akan merencanakan tindakan-tindakan buruk. manusia disetel begitu. kan? dan saya paham tidak semua apa yang saya katakan dan pikirkan adalah benar. lalu apa yang bisa saya lakukan selain diam?

mungkin juga karena pada keadaan seperti itu orang sedang dalam keadaan mempertahankan dirinya. defend mechanism. sedang bebal. sedang tidak bisa dibilangi. sehingga apapun yang akan saya katakan toh akhirnya mental. mending kalo cuma mental, kalo mental dan nabrak sana sini? malah memperkeruh suasana.

saya tidak ingin terlibat. bukan berarti saya apatis. tidak peduli. bahkan saya sangat peduli, makanya saya diam. karena saya bukan siapa-siapa. atau memilih aman dengan tidak menjadi siapa-siapa.

tapi bertahan dengan keadaan seolah tidak ingin terlibat adalah dilema. karena saya pun belum tahu diam ini apakah karena diam karena memang diam atau memilih aman karena ketakutan mengutarakan? bukankah hidup harus berani? bukankah dengan keberanian hal-hal baik tercipta? bagaimana kalau kediaman ini malah menjuruskan kepada keburukan?

dengan diam nya saya ini pun. mereka tidak mengerti dipihak manakah saya berada. saya. sepanjang hidup saya. memang selalu ingin menjadi netral. tidak memihak siapapun. entahlah, netral ini terasa seperti pengecut juga sebenarnya. tidak berada dalam warna apapun? tidak berani mengambil pilihan. kalau bukan pengecut namanya terus apa?

seseorang yang tidak berpihak adalah seseorang yang sendirian. harus berjuang mempertahankan ke netralannya. sendirian. tidak dilibatkan dalam warna apapun. disitu kadang saya merasa sedih (lagi trend kata-kata nya kaw) yes, disitu terasa sedihnya. bahwa ternyata orang netral yang sendiri ini yang dibilang pengecut ini karena tidak memilih dan berpihak mana mana ini  adalah manusia biasa juga. yang membutuhkan orang lain. yang berkembang karena orang lain. disaat orang orang dengan pilihannya saat itu, berkembang bersama orang orang yang memilih pilihan yang sama. si pengecut ini memudar. menghilang. tidak menjadi apa-apa. memangnya harus menjadi apa? karena sebenarnya dirinya bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. terdengar seperti kata-kata pengecut lagi kan?
aman, tapi sendirian.

entahlah, semoga Allah memberikan penerangan. amin.