Minggu, 06 Juli 2014

A piece of new heart



Hari ini puasa ke … keberapa ya sampai nggak ngitung

Di tv sedang debat final capres cawapres. Seru. Kayaknya. Tapi untuk saya omongan kedua pihak capres cawapres itu kayak kertas yang dileparkan ke baling baling kipas angin yang lagi muter. Mental.
Saya sama sekali. Nggak paham dan nggak tertarik dengan apa yang mereka omongkan. Karena kebanyakan, topiknya bukan tentang bagaimana mereka ingin menyusun ini itu nya negara ini tapi lebih ke bagaimana caranya agar yang satu terlihat lebih mengungguli yang lain. Menurutku. CMIIW.
Sedang ibu saya dengan khusuknya masih menyimak, sementara saya mengambil laptop karena pengen nulis.
Ditemani buku “Sepotong Hati yang Baru” Tere Liye-nya mbak nikma, centang centing line, suara tv debat presiden sekmen terakhir dan ibu yang sedang khusyuk menyimak, akhirnya muncullah tulisan ini.

Oposih -_-

Nggg Sepotong Hati yang Baru. Udah lama banget sejak terakhir saya baca novel. Bahkan semenjak menginjak perkuliahan rasanya napsu membaca saya menurun hampir drastis. Kalo emang enggak harus mbaca karena dipaksa sama ujian dan pretes kayaknya nggak mbaca. Buku buku teks 10 sentian itu juga nggak terlalu terjamah kecuali pas masih awal-awal masuk kuliah. Bahkan untuk sekedar mbaca tulisan share-share an artikel pun.. aih mak.

membaca itu penting lho.
padahal dimana-mana saya kalo ngisi hobi titik dua membaca.
tapi males nggak ketulungan disuruh mbaca.
padahal kata pertama yang diturunkan Allah "iqra'"
ck, lup lup

Buku Sepotong Hati yang Baru ini menarik. Disini ada beberapa judul dari cerita yang berbeda. ada yang dari jaman fesbukan, jaman dinasti cina, jaman voc, lengkap. Tere liye adalah salah satu penulis favorit saya selain.. siapa ya yang lain -_- ya itu. Kata-katanya enak dibaca. Saya mengaguminya pertama kali saat membaca trilogi Burlian-Phukat-Eliana juga Bidadari-bidadari Surga dan Hafalan Surat Delisa. Bisa pas memporposikan lucu, sedih, kecewa, bahagia, penasaran. Pokoknya saya terombang-ambing dibawa kata kata beliau. ya nangis, ya ketawa, ya degdegan. Lebay sih, efek udah lama nggak baca novel juga kayaknya.


Sepotong Hati yang Baru.
heeemmmm
apa ya komentarnya?
hati itu satu kesatuan. disitu pusatnya segala perasaan. untuk melakukan suatu pekerjaan, seperti mencintai misalnya, kita akan menggunakan secuil potongan dari satu kesatuan hati tersebut. besarnya potongan tergantung seberapa besar kita melibatkan perasaan kita atas itu. bisa sepertiga potong, setengah potong, tiga per empat potong atau bisa seluruhnya. nah, tapi potongan itu hanya bisa digunakan untuk satu hal tersebut. tidak bisa jadi barang second yang dipakai lagi.
dalam melakukan pekerjaan, kita kadang menemukan banyak keganjilan, banyak kesalah pahaman, kekecewaan hingga akhirnya membuat kita menghentikan pekerjaan tersebut.
tapi gimana ya, sepotong hati itu udah terlanjur terpotong, digunakan.
maka mungkin sakit hati itu berasal dari situ, perasaan dari potongan hati yang sudah tidak digunakan.

jika terlalu banyak kita menggunakan hati dan perasaan, maka lambat laun hati kita akan habis. karena itu tadi, potongan hati hanya bisa digunakan satu kali, untuk satu pekerjaan, satu kegiatan. jika pekerjaan itu sudah berhenti maka potongan hati itu sudah tidak akan ada maknanya lagi.
semakin banyak kita menggunakan potongan-potongan hati, semakin habislah hati kita.

jadi mungkin memang diperlukan pengadaan sepotong hati yang baru. saat hati kita sudah habis, belilah potongan hati yang baru. tidak dijual di online shop memang. tapi bisa diadakan. mbayarnya dengan penerimaan atas keadaan. dengan keihklasan tentang perjalan panjang bergeronjal yang harus dijalani. dengan trimo ing pandum kata simbah. akan menumbuhkan potongan hati yang baru. yang setiap potongannya bisa digunakan lebih bijaksana dengan modal pelajaran "habis-nya hati yang dulu".

Selamat puasa, selamat me-manage hati dengan sebaik baiknya. jangan dihabis-habisin.